PERUBAHAN PARADIGMA SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN ANTARA KEHARUSAN DAN KETAKUTAN

Share This Post

APA ITU BELAJAR?

Banyak orang yang mengartikan kata “BELAJAR” berdasarkan pemikiran mereka masing-masing. Namun setiap jawaban yang diberikan, memiliki arti dan makna yang berbeda pula. Jika kita telaah, kita akan mendapatkan maksud dan makna dari jawaban tersebut. Ketika kita diberikan pertanyaan “Ap aitu belajar?”, tentu banyak respon yang terlintas difikiran kita. Sebagai contoh, ada yang mengatakan belajar sebagai sebuah kesenangan, ada yang menganggap sebagai kesulitan, ada yang mengganggap sebagai beban dan bahkan ada yang menganggap sebagai sebuah tantangan.

Mari kita coba telaah satu persatu respon yang diberikan di atas. Jika kita menjawab belajar sebagai kesenangan, maka kita berada di jalur yang benar. Tunggu saja waktunya kit akita akan meraih kesuksesan. Jika kita menjawab sebagai tantangan, maka luar biasa, kesuksesan akan mengejar kita. Tapi jika kita menjawab belajar sebagai suatu kesulitan atau beban, maka kita harus segera mencari yang salah dari diri kita. Makna lain dari belajar juga bisa kita lihat pada laman (https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar).

Kita semua tau belajar adalah sebuah kemestian. Karena tidak hanya manusia yang dituntut untuk belajar di dunia ini, tapi hewan pun dituntut untuk belajar. Oleh sebab itu, jadikanlah belajar sebagai suatu keharusan dalam hidup kita. Karena tanpa belajar kita tidak akan bisa berinteraksi dengan lingkungan bahkan dengan diri kita sendiri.

Mari kita perhatikan kutipan ayat berikut ini: “Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja…? (QS. Al Mu’min : 115). Dari ayat tersebut dikatakan bahwa, manusia diciptakan bukan untuk hal yang biasa saja, tapi dipersiapkan untuk menjadi khalifah di muka bumi.


MENGAPA HARUS BELAJAR?

Coba perhatikan dan analisa makna dari kutipan berikut “Semakin banyak ilmu, semakin lapang hidup. Semakin kurang ilmu, semakin sempit hidup.” (Buya Hamka). Jika kita tidak menghasilkan apa-apa dalam belajar, kita harus kembali mengecek metode belajar kita. Tapi jika kita tidak bergairah dalam belajar, kita harus segera menyadari mungkin kita tidak memiliki tujuan atau bahkan kehilangan tujuan dalam belajar. Oleh sebab itu, kita harus menyadari bahwa tujuan dari belajar itu adalah “Untuk Kemudahan Hidup”.

Namun banyak kita lihat sekarang dan bahkan kita sendiri yang menjadikan belajar sebagai beban atau hal yang menakutkan. Terkadang manusia sering membentengi dirinya dengan mindset “Belajar itu sulit dan melelahkan”, padahal belajar itu merupakan suatu hal yang menyenangkan. Kita terkedang tidak menyadari bahwa selama ini kita menjalani segala aktifitas dengan mudah karena kita belajar. Tapi mindset yang sudah tertanam negatif terhadap belajar itu sendiri yang membuat kita tidak menyadari akan hal tersebut.

 

DIMANA KITA BELAJAR? 

“Keputusan untuk belajar berfikir terserah pada dirimu” (Francois de Voltaire). Banyak tempat yang bisa dijadikan sebagai sarana menimba ilmu. Sepert; keluarga, Pendidikan formal, Pendidikan non formal, buku, internet, dan media elektronik lainnya. Semua sarana tersebut tersedia untuk memudahkan kita dalam belajar, meskipun sering tanpa kita sadari.

Dari semua tempat belajar, kaluarga merupakan tempat belajar pertama dan paling utama bagi seseorang. Kenapa demikian? Coba perhatikan bayi yang baru lahir, dia akan belajar pertama dari Ibu nya. Tanpa kita sadari tatapan seorang bayi bukan merupakan tatapan kosong, tapi mereka sedang mengamati dan belajar apa yang mereka lihat, apaka yang orang lakukan di sekitar mereka. Itu alasan kenapa keluarga sebagai tempat belajar pertama bagi manusia.

Namun demikian, sebagai makhluk yang dikaruniai akal fikiran serta dilengkapi mesin kecerdasan yang sangat dahsyat (Otak). Manusia dituntut untuk belajar diamapun mereka berada, bisa dikatakan semua tempat bisa dijadikan tempat belajar. Coba cermati kutipan berikut ini “Kesuksesan adalah kemampuan untuk belajar dari kegagalan dan berguru pada pengalaman” (David Hume). Apa yang kita fikirkan dari kutipan tersebut?

Seiring berjalannya waktu, kebanyakan orang belajar hanya demi mengejar GELAR dan IJAZAH semata. Jika kita cermati saat ini banyak yang belajar hanya demi nilai yang tinggi demi menggapai cita-cita tanpa memikirkan kodrat sebenarnya dari belajar itu sendiri. Sebenarnya, yang dituntut dari belajar itu adalah perubahan KARAKTER bukan hanya NILAI. Oleh sebab itu, kita harus kembali membalikkan makna belajar kepada hakikat yang sebenarnya.

 

 APA ITU PARADIGMA?

            Paradigma merupakan sebuah anggapan atau suatu hal yang tertanam pada pemikiran seseorang. Kita bisa ambil contoh pada diri kita masing-masing, ketika dulu kita belajar suatu hal dan selalu diajarkan terus menerus, sehingga tertanam bahwa itu lah yang baik dan sebenarnya meskipun bisa mendapatkan yang lebih dari hal itu. Nah inilah sebuah paradigma yang saya pahami dan saya alami selama saya menempuh pembelajaran formal.

Semakin kuat paradigm aitu tertanam pada diri seseorang, semakin susah orang tersebut untuk menerima hal baru yang berbeda dengan yang mereka pelajari sebelumnya. Hal ini sering menjadi hambatan bahkan dinding yang sangat kuat untuk seseorang menerima sebuah perubahan meskipun kearah yang lebih baik sekalipun.

 

MENGAPA PARADIGMA HARUS BERUBAH?

            “Perubahan adalah hasil akhir dari semua proses belajar yang sesungguhnya.” (Leo Buscagila). Coba perhatikan beberapa fenomena berikut ini:

  1. Karena susah menerima pelajaran Sylvester “Rambo” Stallone terpaksa angkat kaki dari kampusnya.
  2. Thomas Alfa Edison mengalami nasib yang sama, sekolahnya berat menaklukkan ‘kebodohannya’.
  3. Winstone Churchill lebih parah, ia sering dikeluarkan dan beberapa kali pindah sekolah.

Jadi apakah mereka sekarang? Apakah jadi orang sukses? Atau menjadi orang yang biasa saja?. Tentu tidak, semua orang tahu mereka sekarang menjadi seseorang yang sangat terkenal dan bahkan menjadi inspirasi dan dikenal di semua kalangan. Kenapa itu bisa terjadi? Karena mereka menemukan dunai nya dari terpaan perjalanan hidupnya, sehingga mereka bisa membungkam opini pada masa lalu mereka.

Jika kita bandingkan dengan Pendidikan dan pembelajaran sekarang ini. Apa yang terjadi? Apakah gampang menemukan anak seperti mereka? Tentu jawabannya pasti ‘TIDAK’. Nah timbul pertanyaan selanjutnya, kenapa?. Saat ini anak dipaksa untuk menguasai semuanya, sehingga membuat anak tidak menemukan jati diri mereka.

Sering anak dikatakan ‘BODOH’ ketika tidak bisa menyelasaikan semua tugas yang diberikan seorang guru. Tapi menurut saya ‘Meraka Bukan Bodoh, Tapi Hanya Salah Jalur’. Tidak mungkin kita memaksa seekor bebek terbang layak nya seekor burung. Kita juga tidak bisa memaksa ayam berenang layaknya seekor bebek. Kenapa? Karena itu bukan kodratnya mereka. Nah itulah yang saat ini terjadi anak dipaksa untuk bisa menguasai semua mata pelajaran. Sampai seorang guru pun sanggup mengklaim siswa ketika tidak mampu di mata pelajaran mereka.

“Bagaimanapun, perubahan adalah kata lain dari pertumbuhan, sinonim dari kata ‘belajar’. Kita semua dapat melakukan dan menikmatinya. Jika kita mau”. (Charles Handy). Pada hakikatnya, semua manusia harus menerima setiap perubahan yang terjadi. Kenapa demikan? Karena siapa yang tidak mau berubah, maka dirinya akan dijungkibalikkan oleh perubahan zaman. Karena seiring berubah dan berkembangnya zaman, maka akan selalu diikuti perubahan gaya hidup, Pendidikan, teknologi dan sebagainya, karena demikianlah aturan dunia.

Sekarang pertanyaan nya adalah apakah paradigma itu harus berubah? Jawabannya tentu saja ‘IYA’. Jika kita tidak merubah paradigma dalam hal apapun, maka kita akan ketinggalan zaman. Terutama pada dunia Pendidikan, paradigma dan cara belajar anak sekarang jauh berbeda dengan generasi sebelum mereka. Oleh sebab itu, kita semua hendaknya senantiasa merubah paradigm akita sendiri terutama ke hal yang lebih baik.

Namun demikian, tidak semua orang mampu dan mau untuk belajar dan menerima perubahan paradigma baru. Semua ini diserahkan kembali kepada masing-masing diri kita, apakah perubahan paradigma belajar ini menjadi hal yang harus dijalani atau bahkan menjadi sebuah ketakutan? Jawabanny ada pada diri kita masing-masing.

 

Dedy Perdamaian, S.Pd.I

Kepala SMPIT Misbaahussuduur (Sekolah Penggerak)

Dibuka Pendaftaran Siswa Baru

Segera Hubungi kami karena Kuota Terbatas

More To Explore

Segera Daftarkan Ananda

Sekolah Fasilitator Minat Bakat Siswa

Gedung SMP SMA Baru
Open chat
Butuh Bantuan? Hub Kami!
Halo ayah, Bunda 👋
Ada yang bisa kami bantu?? Kami siap bantu terkait info pendaftaran siswa baru.