Oleh : Hayatunnajmi
Ramadhan hari ke 8 tidak begitu berat, karena cuaca sangat bersahabat. Kadang panas, kadang hujan, kadang teduh. Tidak seperti tahun-tahun lalu, kemarau panjang, hujan yang tidak ada habis-habisnya apalagi diwarnai oleh virus covid yang gentayangan memburu mangsanya.
Saya membaca satu kisah yang sangat fenomenal yaitu miliader Saudi Sulaiman Al Rajhi. Saya akan kupas sedikit mengenai karakternya yang tidak melupakan jasa seorang guru, bukan kemiliaderannya.
Waktu Sulaiman kecil masih duduk dibangku SD, pelajaran yang paling disenanginya adalah aktifitas di luar sekolah dan agenda tahunan yang selalu diisi dengan rihlah keliling daerah Saudi. Disaat hari itu datang, Qadarullahnya ayah Sulaiman tidak mempunyai uang untuk membayar transport ke sekolah sebesar satu real. Sulaiman kecil sedih sekali tapi tidak bisa berbuat banyak karena dia paham kondisi keluarganya yang miskin.
Disaat Sulaiman dalam kondisi hampir putus asa, datanglah gurunya memberi suatu tantangan kepadanya. Seandainya ia bisa menjawab akan diberi hadiah uang sebesar satu real. Sulaiman pintar, dia bisa menjawab dengan benar, sekaligus mendapatkan uang satu real. Sulaiman menari-nari dan melompat-lompat kegirangan saking senangnya, karena dengan hadiah itu cukup untuk menghantarkannya rihlah bersama teman-temannya.
Singkat cerita Sulaiman tumbuh dewasa menjadi seorang saudagar dan pebisnis yang disegani. Dia ingat kembali dengan gurunya yang pernah memberi satu real. Dia mendatangi bekas sekolahnya untuk mencari sang guru satu real. Ternyata sang guru masih hidup, tapi sudah tidak mengajar lagi karena lanjut usia dan tinggal di belakang sekolah dengan rumah sederhana yang tidak layak. Sulaiman memperkenalkan dirinya dengan kembali menceritakan kisah masa lalunya, sang guru baru ingat dan tersenyum senang.
“Bapak akan saya ajak berjalan keliling kota sekarang”, ucap Sulaiman, sang guru setuju. Cukup jauh perjalanan, sampailah mereka disebuah villa yang sangat mewah. Sulaiman mengajak masuk untuk sekedar istirahat dan makan. Kemudian Sulaiman memegang tangan gurunya sambil berkata bahwa, villa serta mobil yang mereka naiki ketika datang tadi akan menjadi hak milik bapak, beserta gaji bulanan seumur hidup. Sang guru kaget ini tidak seimbang dengan uang diberikannya sebesar satu real kepada Sulaiman kecil dulu.
Sulaiman menjawab bahwa dia belum pernah merasakan kegembiraan dan kesenangan disaat sang guru memberikan satu real itu dengan apa yang dirasakannya sekarang.
Begitulah seorang Sulaiman menghargai sebuah pemberian apalagi itu dari seorang guru yang pernah mengajarnya.
Kalau ada yang belum tahu siapa Sulaiman yang saya ceritakan, dia adalah salah seorang terkaya di dunia yang dirilist majalah Forbes. Setiap bulan Ramadhan mengirimkan berton-ton kurma tidak saja ke masjidil Haram tapi juga keseluruh dunia untuk dikonsumsi secara gratis.
Demikian teman-teman diary Ramadhan saya, sampai ketemu dengan diary berikutnya.