Oleh : Ust. Sulaeman Rasyid
Tak terasa kita telah berada dipenghujung bulan Ramadhan, sebentar lagi ia akan pergi meninggalkan kita semua. Perasaan haru, sedih, bahkan tangisanpun tak terbendung derasnya, kalaulah awal kedatangannya kita nanti dengan perasaan senang dan bahagia, hal ini sesuai dengan hadits Nabi:
“ Barang siapa bergembira menyambut kedatangan Ramadhan, maka haram baginya api neraka”. (al-Hadits).
Ada pepatah Arab mengatakan” Bukanlah perpisahan yang aku tangisi, akan tetapi pertemuanlah yang aku sesali”. Kenapa kita berjumpa denganya, kalaulah akan berpisah.
Dalam sebuah kitab Durratunnaashihiin tentang nasihat dan petunjuk karya besar Syeikh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir Al-Khaubari Bab Keutamaan Puasa. Disebutkan dalam sebuah Riwayat, Dari Jabir RA dari Rasulullah saw,
” Ketika tiba akhir malam bulan Ramadhan, langit, bumi, dan para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad saw, dikatakan wahai Rasulullah, musibah yang mana ? Rasulullah saw menjawab :
perginya bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa dibulan Ramadhan dikabulkan, sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan azab ditolak ”
Saking mulianya bulan Ramadhan yang dianugrahkan kepada umat Nabi Muhammad saw, di dalamnya terdapat suatu malam yang menyimpan pahala berlipat ganda, berupa kebaikan yang setara dengan seribu bulan yaitu lailatul qadar.
Sehingga layak dikatakan jika langit dan bumi pun menangis menyaksikan kepergian bulan Ramadhan. Karena cintanya kepada umat Rasulullah saw.
Betapa tidak, selama bulan suci penuh berkah ini, dosa-dosa diampuni dan pintu taubat dibuka lebar-lebar, sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“ Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni ”
(HR: Bukhari dan Muslim).
