Kenangan Indah Bersama Ayah

Share This Post

Kenangan Indah Bersama Ayah

Oleh : Ms. Dina

Hari ini seperti biasa, lelah sepulang bekerja. Seperti kebanyakan pekerja di ibukota, mereka yang lelah masih harus berjibaku dengan padatnya jalanan dengan kemacetan, banyaknya kendaraan. Badan dan pikiran yang lelah seakan membuat perjalanan pulang semakin terasa melelahkan dan panjang.

Aku berusaha menikmati lelahnya kaki menginjak pedal gas dan rem bergantian, sambil melayangkan pandangan keluar jendela dan menatap indahnya pemandangan matahari sore. Sambil memperhatikan jam ditangan aku bergumam, hmmm.. masih 1 jam lagi rupanya menuju waktu berbuka, aku sudah menyiapkan air mineral, 3 buah kurma dan sepotong roti yang ku bawa dari kantor tadi.

Seketika perasaan bosan menghampiri, kulemparkan pandanganku keluar jendela, adakah hal menarik. Mata ini melihat sosok bapak tua yang sedang duduk menunggu di halte bis, aku teringat akan almarhum papi, mungkin beliau sudah setua ini, ku pandangi sosok tersebut dan pikiranku melayang jauh mengingat momen indah bersama papi ku..

Teringat saat itu aku masih duduk di bangku kuliah semester awal, rumah kami adalah hunian pinggir jalan yang jadi satu dengan toko, ya, papi ku adalah pensiunan guru yang sukses berdagang. Dulu teknologi masih terbatas, tidak seperti sekarang, semua orang bebas mengabadikan momen terindah hanya dengan jentikan jari, teknologi yang masif dengan hadirnya smart phone. Dua dekade lalu bahkan sebelumnya, semua orang tidak bisa mengabadikan momen personal tanpa mencetaknya menjadi lembaran foto, sehingga siapapun yang ingin berfoto dan mengabadikan momen harus lah mencetaknya ke toko foto terdekat, salah satu nya adalah milik keluarga kami.

Papiku adalah orang yang gigih, cekatan, disiplin dan sangat cermat dalam berhitung. Sering aku menemani beliau berkeliling memantau semua toko-tokonya, aku juga tidak pernah merasa keberatan saat beliau memintaku, malah tidak jarang aku yang bertanya, mau kemana kita hari ini, tentu saja aku mengambil waktu libur kuliah saat akan sibuk ria dengan beliau berkeliling ibukota.

Sampailah kami di tujuan toko terakhir dari list, toko yang satu ini adalah primadona papiku, omzetnya tidak pernah mengecewakan, bahkan dari toko ini bisa menutupi penurunan omzet di 3 toko yang lain. Turunlah aku menemani papi ke dalam toko, disambutnya aku dan papi dengan ramah dan sopan oleh kepala toko kami. Seperti biasa, beliau akan melayaniku dengan menyuguhkan minuman favorit dan cemilanku.

Sambil menunggu, aku memperhatikan papiku berbicara dengan seorang bapak tua, pakaiannya lusuh, dengan sepatu berwarna abu-abu karna hitamnya memudar, tanpa kaus kaki. Beliau membawa kamera analog lama yang dikalungkan di lehernya, berbincang sangat serius dengan papi. Lama ku perhatikan diakhir pembicaraannya dengan papi, sesekali beliau menyeka matanya sambil tersenyum lepas, kemudian bapak itu pergi meninggalkan toko.

Tak lama papi datang menghampiriku mengajakku pulang, urusannya sudah selesai. Dan kami pun berbincang di dalam mobil, penasaran, aku bertanya tentang bapak tua tadi. Papi bercerita bahwasannya papi baru saja memberikan peluang kerjasama dengan fotografer amatir yang mencari nafkah di salah satu lokasi wisata terkenal dekat dengan toko kami. Beliau diberikan keleluasaan untuk mencetak foto sesuai kebutuhannya dengan harga sangat murah, kapan saja, sehingga hal ini bisa memberi peluang bapak itu untuk membangun bisnisnya. Begitu kata papi.

Aku bertanya kenapa papi lakukan itu? Beliau menjawab, “Ndok, papi mu ini biasa berdagang dengan manusia, nah, tadi itu papi berdagang dengan Allah”. Aku terdiam. Dulu sulit sekali mencerna semua kalimat bijak papi, bahkan mencerna semua tindakan papi, mulai dari memberikan sebidang tanah kepada seseorang, memberangkatkan seseorang umroh, ditipu tidak pernah marah dan hal ajaib lainnya. Sekarang aku menyadari, kemurahan hati papi telah mengantarkan kami pada hidup yang berkecukupan.

Alhamdulillah. Aku belajar bahwa keikhlasan dalam membantu sesama akan memberikan jalan terbaik di kehidupan masa depan, dan berbagi kepada sesama tidak akan membuatmu miskin.

Biip bip, bunyi klakson kendaraan dibelakang seketika membuatku tersentak. Alhamdulillah jalanan sudah mulai lancar. Aku menepi untuk berbuka puasa, dan bersyukur atas keadaan dan mendoakan papiku. Aku akan terus memperbaiki diri, dan akan lebih banyak bersyukur atas kehidupan yang Allah berikan pada ku dan keluarga kami. Aamiin..

Dibuka Pendaftaran Siswa Baru

Segera Hubungi kami karena Kuota Terbatas

More To Explore

Segera Daftarkan Ananda

Sekolah Fasilitator Minat Bakat Siswa

Gedung SMP SMA Baru
Open chat
Butuh Bantuan? Hub Kami!
Halo ayah, Bunda 👋
Ada yang bisa kami bantu?? Kami siap bantu terkait info pendaftaran siswa baru.