Dampak Positif “Korean Wave” yang Bisa Diterapkan di Sekolah

aa

Share This Post

Oleh : Firgina Hanny Iranda

Dewasa ini budaya Korea Selatan memang sedang ramai diperbincangkan dunia, tidak terkecuali di Indonesia terutama bagi generasi milenial. Fenomena ini disebut juga dengan “Korean Wave”.  Ciri khas fenomena ini yaitu Korea Selatan memberikan sentuhan tersendiri pada produk budaya mereka dengan mencampurkan sifat-sifat aslinya dengan gaya asing secara inovatif dan unik sehingga masyarakat cukup menerima fenomena ini. Munculnya “Korean Wave” ini disebabkan oleh adanya globalisasi dan kemajuan teknologi. Terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang terjadi adalah masuknya barang dan jasa, teknologi, pendidikan, seni budaya, serta pola konsumsi (Suneki, 2012).

Mulanya fenomena ini sendiri identik dengan dunia hiburan yang menyajikan berbagai budaya Korea kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi para penggemarnya, mulai dari skincare, makeup, fashion, gaya bicara, bahasa, dan kuliner.

Salah satu dampak dari “Korean Wave” adalah menjamurnya kuliner khas Korea Selatan di Indonesia. Ciri khas dari makanan Negeri Gingseng ini yaitu didominasi cita rasa pedas, asam, segar, kerap dicampur sayuran, dan disajikan dalam porsi banyak. Menu yang beredar sangat bervariatif, dari yang halal hingga non halal. Mengenai harga, kuliner Korea Selatan ini memang kerap di atas harga masakan Indonesia terutama untuk menu yang rasanya sangat otentik. Hal ini disebabkan oleh bahan-bahan yang tidak tersedia di Indonesia sehingga harus mengimpor bahan dari Korea Selatan langsung.

Pembaca tidak perlu khawatir, beberapa menu Korea Selatan ada juga yang bisa dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan lokal, lho! Contohnya saja kimbab. Sejatinya kimbab adalah nasi yang berisi berbagai jenis sayuran dan lauk (daging, makanan laut, telur, dan ayam) kemudian digulung dengan rumput laut. Keuntungan dari membuat kimbab yaitu tidak membutuhkan banyak bahan, tidak butuh banyak minyak, dan bahan mudah didapat. Sangat sederhana dan sehat bukan?

Melalui pembuatannya yang sederhana itu, membuat kimbab sering kali dijadikan sebuah proyek di sekolah-sekolah. Sekolah Misbaahussuduur pun tidak mau ketinggalan dengan proyek ini. Namun, agar ciri khas budaya Indonesia tidak hilang siswa diminta untuk menggunakan isian dengan makanan Indonesia, seperti Indomie. Mie ini memang bukan makanan tradisional, tetapi sangat mendunia. Nasi + mie, bukankah sangat Indonesia, teman-teman? Walaupun double carbo, konon katanya jika belum makan nasi belum bisa disebut makan 😀

Melalui kegiatan ini, siswa dibiarkan berkreasi secara tim sehingga dapat saling berbagi informasi, saling melatih dan menyamangati satu sama lain, serta mendapat pengalaman baru. Siswa terlihan antusias dan gembira ketika proses pembuatan kimbab berlangsung. Selain itu, hasil membuat kimbab tidak hanya dimakan untuk sendiri, tetapi siswa juga membagikannya kepada guru-guru. Melalui kegiatan ini, siswa bisa mendapatkan ilmu dan berkah sekaligus.

 

Referensi :

Suneki, Sri. 2012. Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah. Jurnal Ilmiah CIVI. Volume 2 (1).

Dibuka Pendaftaran Siswa Baru

Segera Hubungi kami karena Kuota Terbatas

More To Explore

Segera Daftarkan Ananda

Sekolah Fasilitator Minat Bakat Siswa

Gedung SMP SMA Baru
Open chat
Butuh Bantuan? Hub Kami!
Halo ayah, Bunda 👋
Ada yang bisa kami bantu?? Kami siap bantu terkait info pendaftaran siswa baru.