Belajar Bersepeda, Belajar Filosofi Kehidupan

Share This Post

Oleh : Agus Salim (Kepala TKIT Misbahussudur Citayam)

Kapan terakhir anda bersepeda? Bagaimana rasanya?, seru bukan?. Yup! , saya sudah lama tak bersepeda, terakhir, bulan lalu saya bersepeda, bersilaturahmi ke rumah seorang sahabat yang berjarak sekitar 800 meter dari sekolah tempat saya bekerja.
Awalnya saya agak kikuk, maklum sudah lama tak bersepeda, tapi alhamdulillah akhirnya lancar dan saya menikmatinya.

2 pekan lalu, saya berkesempatan mendampingi putra
Saya, Salman (4 tahun) yang sedang belajar bersepeda. Selama ini, Salman masih bersepeda roda 4, kemudian saya copot, salah satu roda kecilnya dibagian samping kanan dan di awal September, saya copot roda kecil dibagian samping kiri.

“Mas Salman, mas sudah besar, roda kecilnya ayah copot ya, mas berlatih bersepeda dengan 2 roda, lalu kalau sudah bisa dengan roda 2, nanti ayah copot lagi roda depannya, mas akan berlatih bersepeda dengan roda satu”, demikian yang saya katakan kepada Salman.

” Apaan sih, ayah, nanti aku jatuh, emang ayah pengen aku jatuh, emang aku pemain sirkus badut “, jawab Salman ngegas.

” Ya berlatih, mas, Insya Allah, mas Salman bisa, mas kan anak pinter, pembelajar cepat, pembelajar sejati, begitu yang saya katakan pada Salman.

Pagi itu, tepatnya tanggal 4 September 2021. Saya mengajak Salman berlatih bersepeda roda dua di lingkungan komplek perumahan tempat kami tinggal. Kami mencari lokasi untuk belajar yang nyaman, namun memiliki sedikit tantangan ( jalan agak menurun) agar Salman tertantang untuk berlatih. Untuk bisa belajar dengan baik anak memang membutuhkan sedikit tantangan yang kita sebagai orang tuanya yakin, bahwa anak bisa mengatasi tantangan tersebut. Disamping keamanan, kenyamanan dalam belajar anak juga membutuhkan tantangan, demikian menurut para ahli pendidikan.

Salman, siap berlatih, bersepeda roda dua. Awalnya ia ragu dan mogok gak mau belajar, saya mencoba memotivasinya,

” Mas, ayo dicoba, mas kan anak pemberani, insya Allah mas bisa, nanti kalau mas Salman sudah bisa bersepeda roda 2, pasti seru, mas bisa bersepeda bersama teman teman”.

Akhirnya Salman mencoba, tapi ragu, ia mencengkram rem sepedanya kuat sekali, sehingga sepeda tak bergerak dan hampir saja ia jatuh.

“Mas, remnya dilepas, perlahan dan mas gowes sepedanya”, instruksi saya pada Salman.

Salman mencoba lagi, dan terus mencoba. Saat saya sedang fokus mendampingi Salman berlatih, tiba tiba melintas Pak Heri (tetangga kami) dan istri yang sedang berolahraga.

” Waduh seru sekali ini kelihatannya “, komentar Pak Heri,

” Iya ini pak, Salman sedang berlatih bersepeda roda dua, ” jawab saya.

” Ayo dek semangat ” ucap pak Hery, memotivasi Salman.

Salman terus berlatih, dan setelah kurang lebih 15 menit, ia sudah mulai bisa mengayuh pedal sepeda dan keseimbangannya mulai stabil.

” Ayo mas, gowes lebih kencang, pandangan kedepan…, yee…, alhamdulillah…mas Salman hebat, mas Salman sudah bisa bersepeda roda dua, selamat ya mas”, seru saya.

Alhamdulillah, Salman sudah dapat bersepeda roda dua. Kemudian Salman dengan riang bersepeda keliling komplek perumahan, saya mengawasinya dari belakang.

Usai bersepeda mengelilingi komplek perumahan, saya berkata kepada Salman :

” Mas, pulang yuk! , bunda pasti menunggu kita ”

” Bentar lagi yah, aku mau keliling sekali lagi “, jawab Salman.

” Ya sudah kalau begitu kelilingnya ke arah pulang saja” usul saya.

Salman setuju dengan usul saya, lalu kami keliling komplek sekali lagi dan langsung menuju arah pulang.

Dirumah, bunda menunggu cemas, dan ketika kami tiba dirumah bunda langsung berkata :

“Aduh, ayah kok lama sekali mainnya, Salman kan belum sarapan kasihan tahu”.

Belum sempat saya menjawab pertanyaan bundanya, Salman dengan antusias berkata :

“Bunda, aku sudah bisa naik sepeda roda dua”

” Apa? Mas sudah bisa naik sepeda? Alhamdulillah, anak bunda hebat”, puji bunda.

Alhamdulillah, Salman sudah bisa naik sepeda, kami, orang tuanya senang atas pencapaian ini. Naik sepeda roda dua adalah kemampuan motorik tertinggi yang bisa dicapai anak dibawah usia 5 tahun.
Naik sepeda roda dua bagi anak berusia dibawah 5 tahun, bukan perkara mudah, maka keberhasilannya patut di apresiasi.

Sesungguhnya bersepeda mengajarkan kita bahwa hidup ini seperti mengendarai sepeda, harus terus menggowes. Untuk menjaga keseimbangan dalam hidup, kita harus terus bergerak (gowes), tentu bergerak dalam kebaikan. Begitulah sejatinya kehidupan.

“Life is like riding bicycle to keep your balance you must keep moving”

Teruslah bergerak dalam kebaikan, insya Allah keberkahan akan datang (albarokah ma’a alharokah)
Bismillah, bi idznillah.

Dibuka Pendaftaran Siswa Baru

Segera Hubungi kami karena Kuota Terbatas

More To Explore

Segera Daftarkan Ananda

Sekolah Fasilitator Minat Bakat Siswa

Gedung SMP SMA Baru
Open chat
Butuh Bantuan? Hub Kami!
Halo ayah, Bunda 👋
Ada yang bisa kami bantu?? Kami siap bantu terkait info pendaftaran siswa baru.